Beranda | Artikel
Pendarahan Setelah Melahirkan
Jumat, 12 Maret 2004

PENDARAHAN SETELAH MELAHIRKAN

Sungguh berat menjadi seorang ibu. Saat mengandung, dia bersusah payah, lebih-lebih ketika menghadapi persalinan, memperjuangkan si buah hati supaya keluar dari rahimnya dengan selamat. Sedikit lega, pada saat janin lahir dengan selamat melalui perjuangan dengan mempertaruhkan jiwa, baik si ibu maupun bayinya. Masih dilanjutkan lagi proses berikutnya, yaitu ia harus mengeluarkan ari-ari (plasenta) meskipun tak seberat sebelumnya.

Detik-detik mengeluarkan plasenta ini pun serta-merta mempertaruhkan nyawa sang ibu. Hal ini akibat pendarahan setelah melahirkan atau setelah bayi baru lahir. Dalam istilah medis disebut pendarahan post partum (pasca persalinan). Pendarahan yang berlanjut bisa mengakibatkan syok (tak sadarkan diri).

PENDARAHAN PASCA PERSALINAN MENIMBULKAN MASALAH
Pendarahan selalu menyertai proses persalinan dan pasca persalinan. Tetapi, apabila kondisi pendarahan melebihi normal sehingga menyebabkan perubahan tanda vital sang ibu (ibu mengeluh lemas, limbung, berkeringat dingin, menggigil, nafas cepat dan dangkal, nadi cepat, tekanan darah 90 mmHg) dalam 24 jam setelah bayi lahir, inilah yang akan menimbulkan masalah.

Bahaya pendarahan ini ada dua macam. Pertama, anemia yang diakibatkan pendarahan tersebut sehingga memperlemah keadaan ibu, menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor pencetus terjadinya infeksi pada masa nifas. Kedua, jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, dapat mengakibatkan kematian sang ibu.

BEBERAPA PENYEBAB PERDARAHAN PASCA PERSALINAN
Secara medis, sebab-sebab pendarahan postpartum ada empat macam keadaan, yaitu:

1. Rahim Tak Berkontraksi (Atonia Uteri).
Apabila bayi sudah selamat keluar dari perut ibu, secara normal otot-otot rahim segera berkontraksi (mengerut) dan berretraksi (memendek) dalam rangka proses pengeluaran ari-ari. Hal ini akan menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot rahim akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan.

Kegagalan mekanisme di atas akibat gangguan fungsi otot-otot rahim inilah yang disebut atonia uteri atau rahim tidak mampu berkontraksi maupun berretraksi. Keadaan atonia uteri ini menjadi penyebab paling utama pendarahan setelah melahirkan.

Mengapa bisa terjadi atonia uteri? Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Diantaranya, kerja rahim yang tidak efektif dalam persalinan, termasuk di sini manajemen persalinan yang salah dari si penolong, kelelahan karena terlalu lama dalam proses melahirkan, hamil kembar, janin yang besar, tumor dalam rahim (misalnya mioma uteri), fungsi rahim yang kurang baik, dan lain-lain.

2. Plasenta Yang Masih Tertahan Di Dalam Rahim (Retensio Plasenta).
Beberapa menit setelah anak lahir, mulailah proses pelepasan plasenta dari dinding rahim tempat melekatnya tersebut. Jika plasenta sudah lepas dan terletak di bagian bawah rahim, rahim segera mengadakan kontraksi serta retraksi dan pendarahan segera berhenti. Kemudian plasenta bisa dilahirkan apabila sang ibu mengejan atau dengan bantuan tekanan pada rahim dari si penolong.

Jika plasenta belum lahir 1 jam setelah janin lahir, kondisi seperti ini disebut retensio plasenta atau ari-ari masih tertinggal di dalam rahim. Akibat selanjutnya, pendarahan tidak bisa dihindari.

Plasenta belum lepas dari dinding rahim, bisa disebabkan karena kontraksi rahim yang kurang kuat untuk melepaskannya, ari-ari melekat sangat kuat di dinding rahim sampai ke otot-otot rahim, bahkan bisa menembus sampai lapisan terluar rahim.

Keadaan yang lain, plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim akan tetapi belum keluar, dikarenakan tidak adanya usaha melahirkannya, baik dari pihak ibu maupun bantuan dari penolong, atau juga karena salah penanganan dari penolong, sehingga terjadi lingkaran konstriksi (lingkaran pengerutan) pada bagian bawah rahim, dan akibatnya menghalangi keluarnya plasenta.

Tanda rahim masih berfungsi baik beberapa saat setelah bayi lahir bisa dinilai, meskipun subyektif, yaitu si ibu merasakan perut sakit atau mulas dan merasa ingin megejan atau ingin melahirkan lagi. Apabila rahim diraba terasa keras, rahim tidak lembek (sama dengan proses his di rahim pada saat proses persalinan).

Meskipun plasenta sudah lahir, his atau kontraksi rahim tetap berlangsung dan tinggi, namun frekeunsinya sudah berkurang. Keadaan ini wajar dan normal sehingga pendarahan nifas bisa teratur dan terkontrol.

3. Terlukanya Jalan Lahir.
Pendarahan yang hebat dapat juga terjadi dari robekan jalan lahir yang dialami selama melahirkan, baik yang normal maupun dengan tindakan. Apabila ari-ari sudah lahir (keluar dari rahim), sedangkan rahim masih berkontraksi dengan baik (ibu masih terasa mulas), namun darah yang keluar banyak, tentunya kita menduga kemungkinan terjadi robekan jalan lahir. Untuk menghentikannya, segera dilakukan jahitan pada tempat-tempat yang robek.

4. Kelainan Darah Yang Diderita Sang Ibu.
Setiap penyakit yang berkaitan dengan darah dapat diderita oleh wanita hamil. Hal ini kadang-kadang menyebabkan pendarahan pasca persalinan, meski keadaan ini jarang terjadi.

Ada suatu keadaan, yaitu kegagalan pada mekanisme pembekuan darah, sehingga kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan tidak dapat dihentikan.

PERSIAPAN MENGANTISIPASI BAHAYA PENDARAHAN
Walaupun penyebab pendarahan setelah melahirkan adalah berbagai macam keadaan (multifaktorial), namun persiapan dari pihak ibu dan keluarga juga sangat membantu mengatasi pendarahan sang ibu tersebut. Bagaimana caranya? Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi acuan:

  1. Minumlah zat penambah darah dengan teratur. Karena ibu hamil selalu mengalami anemia (kekurangan darah). Pendarahan yang keluar pada saat berlangsungnya persalinan meski dalam batas normal tetapi akan membahayakan sang ibu yang sudah menderita anemia. Selain itu makan dan minumlah yang cukup serta bergizi.
  2. Apabila sebelumnya penderita sudah pernah mengalami pendarahan, usahakan untuk mencari penolong yang sudah berpengalaman atau ke rumah sakit yang tersedia fasilitas lengkap. Karena pendarahan yang berlanjut terus memerlukan infus serta transfusi darah.
  3. Rencanakan sebelum hari perkiraan lahir. Jangan terlampau letih bekerja, kecuali pekerjaan ringan maupun olah raga ringan (misalnya senam hamil) yang kemungkinan bisa membantu memperlancar proses persalinan.
  4. Siapkan makanan dan minuman yang berkalori tinggi dan mengandung elektrolit serta bisa cepat dicerna misalnya air madu, kurma, susu, oralit atau minuman sari buah . Makanan/minuman ini bisa selalu dikonsumsi saat menghadapi persalinan juga untuk pertolongan sementara guna mengganti cairan apabila dikuatirkan terjadi perdarahan
  5. Siapkan mental dalam menghadapi persalinan. Dukungan suami serta keluarga sangat diperlukan untuk menghadapi rasa sakit pada saat-saat proses persalinan. Ketenangan jiwa sang ibu merupakan faktor penting dalam menghadapi tahapan-tahapan berlangsungnya persalinan, sehingga proses selanjutnya tahap demi tahap akan selalu lancar. Sang ibu harus menyadari dengan ikhlas takdir Allah dengan apa yang terjadi padanya, tak ada perasaan takut dan ia dapat menerima segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi, disertai do’a dan tawakal kepada Allah.

PENUTUP
Amat berbahagia orang tua lebih-lebih sang ibunda, tatkala si buah hati yang dilahirkan dari rahimnya dengan perjuangan dan kesakitan menjadi anak shalih atau shalihah. Mereka akan merasakan tidak sia-sia mendidik anak-anaknya. Namun sebaliknya, terasa sakit hati orang tua, apabila si anak durhaka, mengingatkan sang ibu yang mempertaruhkan nyawa dirinya maupun anaknya.
Ingatlah peringatan Allah untuk berbakti kepada kedua orang tua, lebih-lebih kepada ibunda. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepda dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKu-lah kembalimu“. [Luqman/31:14].

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11//Tahun VIII/1425H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/459-pendarahan-setelah-melahirkan.html